
Banyak pelaku UMKM di Indonesia menghadapi fenomena, usaha tampak menguntungkan, laporan penjualan meningkat, namun kas di rekening selalu menipis bahkan tidak cukup untuk menutup kebutuhan operasional. Pertanyaan klasik pun muncul: “Mengapa bisnis saya untung, tapi uangnya selalu habis?”.
Hal ini bukan sekadar kasus individual. Banyak studi global maupun riset lokal menegaskan bahwa arus kas (cash flow) adalah salah satu tantangan paling kritis dalam keberlangsungan UMKM. Menurut Harvard Business Review, salah satu penyebab utama usaha kecil gagal bertahan adalah kurangnya likuiditas, bukan semata karena kerugian usaha (Harvard Business Review).
Artikel “Government and Financial Tech Can Fix Cash Woes for Small Businesses” dari Harvard’s Working Knowledge menunjukkan bahwa banyak usaha kecil hanya memiliki cadangan kas rata-rata sekitar 27 hari saja. Ketika cadangan ini tipis, usaha rentan terhadap gangguan kecil. Strategi kebijakan publik dan produk finansial bisa membantu memperluas buffer kas ini. (Harvard Business School Library)
Arus Kas Bukan Sekadar Laba
Keuntungan (profit) dan arus kas (cash flow) adalah dua hal berbeda. Laporan laba rugi dapat menunjukkan margin yang positif, namun jika penerimaan kas dari pelanggan tertunda atau pengeluaran jatuh tempo lebih cepat, UMKM tetap bisa mengalami kesulitan likuiditas.
Data The Conversation menekankan pentingnya konsep cash conversion cycle, yaitu seberapa cepat sebuah usaha mampu mengubah investasi pada persediaan dan produksi menjadi kas kembali. Siklus yang terlalu panjang membuat modal terjebak di gudang atau piutang, sehingga likuiditas melemah (The Conversation).
Di Indonesia, riset terhadap UMKM menunjukkan bahwa masalah utama bukan hanya pada tingkat keuntungan, melainkan lemahnya perencanaan kas, pencatatan yang belum disiplin, serta kurangnya literasi finansial dalam memisahkan keuangan usaha dan pribadi (UKM Indonesia).
Bisnis Untung Tapi Mengapa Uang Selalu Habis? Penyebab Umum pada UMKM
Berdasarkan kasus yang sering terjadi dan literatur akademik, berikut beberapa faktor dominan yang menjelaskan kenapa kas usaha cepat terkuras meskipun bisnis mencatatkan laba:
- Piutang pelanggan yang lambat tertagih.
Banyak UMKM memberikan tempo pembayaran untuk menarik konsumen, namun tanpa pengelolaan ketat, piutang menjadi macet dan menahan kas. - Pengeluaran tetap yang tidak terkontrol.
Biaya operasional, sewa, listrik, gaji, bahkan pengeluaran kecil yang sering diabaikan, jika tidak dipantau dapat menggerus saldo kas secara signifikan. - Persediaan yang menumpuk.
Modal yang “terikat” pada barang yang belum laku mengurangi fleksibilitas keuangan. Terlebih jika barang bersifat mudah rusak atau mengikuti tren musiman. - Ekspansi usaha tanpa perencanaan arus kas.
Membuka cabang baru atau menambah lini produk memang meningkatkan potensi laba, tetapi juga menimbulkan kebutuhan modal kerja tambahan yang seringkali tidak diantisipasi. - Tidak adanya dana cadangan.
Banyak UMKM tidak memiliki buffer untuk mengantisipasi penurunan permintaan, kenaikan harga bahan baku, atau keterlambatan pembayaran dari pelanggan.
Dampak Arus Kas Negatif bagi UMKM
Kelemahan dalam manajemen kas membawa konsekuensi serius. UMKM bisa kesulitan membayar supplier, gaji karyawan, atau kewajiban rutin. Jika hal ini berulang, reputasi bisnis menurun, pemasok enggan memberikan kredit barang, karyawan kehilangan motivasi, bahkan pelanggan meragukan komitmen usaha.
Selain itu, kondisi kas yang defisit sering mendorong UMKM mengambil pinjaman jangka pendek dengan bunga tinggi. Dalam jangka panjang, hal ini memperbesar beban keuangan dan menurunkan kemampuan usaha untuk berinvestasi kembali pada pengembangan.
Strategi Mengelola Arus Kas UMKM
Mengatasi masalah arus kas membutuhkan kombinasi disiplin pencatatan, strategi finansial yang terukur, serta fleksibilitas menghadapi dinamika pasar. Berikut pendekatan yang direkomendasikan:
1. Proyeksi Arus Kas
Membuat proyeksi arus kas bulanan hingga kuartalan adalah langkah awal. Dengan memprediksi kapan pemasukan dan pengeluaran terjadi, pelaku usaha dapat mengantisipasi periode defisit lebih dini.
2. Disiplin Pemisahan Keuangan
Rekening bisnis harus dipisahkan dari rekening pribadi. Praktik ini bukan sekadar teknis, melainkan fondasi untuk memperoleh data keuangan yang valid, sehingga keputusan bisnis lebih objektif.
3. Manajemen Piutang dan Utang
Lakukan pengelolaan piutang secara aktif, tetapkan tempo pembayaran yang realistis, berikan insentif pembayaran lebih cepat, dan pastikan penagihan dilakukan tepat waktu. Di sisi lain, manfaatkan negosiasi dengan supplier untuk memperoleh tempo yang memberi ruang kas lebih longgar.
4. Optimalisasi Persediaan
Gunakan prinsip just in time atau setidaknya kendalikan stok sesuai tren permintaan nyata. Dengan demikian, modal tidak terkunci terlalu lama dalam bentuk barang.
5. Dana Darurat Usaha
Alokasikan sebagian laba ke dalam dana cadangan, idealnya setara 3–6 bulan biaya operasional. Studi Harvard Business School menemukan bahwa sebagian besar usaha kecil hanya memiliki cadangan kas untuk 27 hari operasi, sehingga membangun buffer menjadi prioritas strategis (HBS Working Knowledge).
6. Pemanfaatan Teknologi Keuangan
Pencatatan manual berisiko kehilangan detail. Menggunakan aplikasi pencatatan sederhana atau spreadsheet dapat membantu memantau aliran kas harian. Di Indonesia, penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan fintech mempermudah UMKM dalam memonitor keuangan sekaligus mempercepat transaksi pembayaran (Journal Ilmu Data).
Di era digital, UMKM tidak lagi harus bergantung pada pencatatan manual yang rawan salah. Penggunaan sistem keuangan digital bisa membantu memonitor kas harian, membuat laporan otomatis, hingga memprediksi kebutuhan likuiditas.
Saat ini, terdapat banyak software akuntansi yang relatif terjangkau dan mudah digunakan seperti Accountingplus.id. Melalui fitur pencatatan transaksi otomatis, laporan arus kas yang rapi, hingga integrasi dengan pembayaran digital, platform ini memungkinkan pelaku UMKM memiliki kendali penuh atas keuangan usahanya tanpa harus menjadi ahli akuntansi.
Alih-alih menghabiskan waktu memeriksa nota dan menghitung manual, pemilik UMKM bisa fokus pada strategi pertumbuhan bisnis, sementara sistem membantu memastikan arus kas tetap terpantau.
Kesimpulan
Jika bisnis terlihat untung tetapi uang selalu habis, masalahnya hampir pasti terletak pada arus kas. UMKM perlu mengubah cara pandang, bukan hanya mengejar laba, tetapi memastikan kas selalu cukup untuk mendukung operasi dan pertumbuhan.
Dengan disiplin pencatatan, proyeksi ke depan, kontrol pengeluaran, serta dukungan teknologi seperti AccountingPlus.id, UMKM dapat membangun pondasi finansial yang lebih sehat.