default-pattern

Keuangan UMKM Berantakan? Bisa Jadi Kamu Terjebak di 8 Kesalahan Ini

Image by Freepik

Mengelola keuangan usaha bukan hanya soal mencatat pemasukan dan pengeluaran. Bagi pelaku UMKM, pengelolaan keuangan adalah fondasi utama yang menentukan apakah bisnis bisa bertahan, berkembang, atau justru tenggelam di tengah persaingan. Sayangnya, banyak pelaku UMKM di Indonesia yang masih terjebak dalam kesalahan-kesalahan mendasar yang sebenarnya bisa dihindari dengan sedikit disiplin dan pemahaman.

Artikel ini mengulas beberapa kesalahan umum yang sering terjadi dalam pengelolaan keuangan UMKM, lengkap dengan cara menghindarinya. Ditulis dengan gaya ringan dan humanis, artikel ini ditujukan untuk para pembisnis dan pelaku UMKM yang ingin naik kelas melalui keuangan yang sehat dan terstruktur.

1. Mencampuradukkan Keuangan Pribadi dan Bisnis

Kesalahan klasik yang masih sering terjadi adalah mencampur keuangan pribadi dengan keuangan bisnis. Banyak pelaku usaha yang menggunakan satu rekening untuk semua transaksi, sehingga sulit membedakan mana pengeluaran pribadi dan mana yang terkait operasional usaha. Menurut UKM Indonesia, hal ini bisa menyebabkan kebingungan saat membuat laporan keuangan, bahkan berisiko menimbulkan kerugian yang tidak disadari. Solusinya sederhana, buat rekening terpisah untuk bisnis dan disiplin dalam penggunaannya. Jika perlu, gunakan software pencatatan keuangan yang bisa membantu memisahkan pos-pos pengeluaran secara otomatis seperti Accountingplus.id.

2. Tidak Membuat Anggaran dan Proyeksi Keuangan

Menjalankan bisnis tanpa anggaran itu seperti berlayar tanpa kompas. Tanpa perencanaan keuangan, pengeluaran bisa membengkak dan keuntungan sulit dikendalikan. Banyak UMKM yang masih mengandalkan intuisi dalam mengambil keputusan finansial, padahal data dan proyeksi sangat penting untuk menjaga keberlanjutan usaha.

Dalam artikel Harvard Business Review, disebutkan bahwa perencanaan keuangan yang baik memungkinkan pelaku usaha untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien dan mengantisipasi risiko. Anggaran bukan hanya soal membatasi pengeluaran, tapi juga tentang menetapkan prioritas dan tujuan bisnis.

Related Post  6 Kesalahan UMKM yang Bikin Pembayaran Terhambat

Mulailah dengan menyusun anggaran tahunan, lalu pecah menjadi anggaran bulanan. Sertakan estimasi pendapatan, pengeluaran rutin, dana darurat, dan alokasi untuk investasi. Gunakan spreadsheet sederhana atau aplikasi keuangan yang bisa menampilkan grafik dan tren secara real-time.

3. Mengabaikan Pencatatan Transaksi Harian

Banyak pelaku UMKM yang masih mengandalkan ingatan atau mencatat transaksi di buku tulis seadanya. Padahal, pencatatan yang tidak rapi bisa menyebabkan kebingungan saat menghitung laba, membayar pajak, atau mengajukan pembiayaan.

Pencatatan transaksi harian adalah kunci untuk memahami kondisi keuangan bisnis secara akurat. Tanpa data yang jelas, pelaku usaha tidak bisa melakukan analisis atau evaluasi yang objektif.Mulailah mencatat semua transaksi, sekecil apa pun. Gunakan aplikasi kasir digital seperti iKas atau software akuntansi Accountingplus.id yang bisa mencatat pemasukan, pengeluaran, dan stok barang secara otomatis. Beberapa aplikasi bahkan bisa menghasilkan laporan keuangan bulanan tanpa perlu input manual.

4. Tidak Mengelola Arus Kas dengan Baik

Laba besar tidak selalu berarti bisnis sehat. Banyak UMKM yang terlihat menguntungkan di atas kertas, tapi kesulitan membayar tagihan karena arus kas yang tidak lancar. Arus kas adalah “darah” bisnis tanpa aliran yang stabil, operasional bisa terganggu.

Kompas.com dalam artikelnya 4 Kesalahan Mengelola Keuangan yang Harus Dihindari Pelaku Usaha menekankan pentingnya memantau cash flow secara berkala. Jangan hanya fokus pada keuntungan, tapi juga pastikan ada cukup dana tunai untuk kebutuhan operasional harian.

Buat proyeksi arus kas untuk beberapa bulan ke depan. Catat perkiraan pemasukan dan pengeluaran, serta identifikasi periode yang berpotensi kekurangan kas. Dengan begitu, pelaku usaha bisa mengambil langkah preventif seperti mencari tambahan modal atau menunda pengeluaran yang tidak mendesak.

Related Post  Meningkatkan Skalabilitas UMKM Skala Menengah dengan Solusi Teknologi Terintegrasi untuk Mendukung Scale-Up Bisnis

5. Tidak Menyiapkan Dana Darurat dan Cadangan Investasi

Bisnis selalu menghadapi ketidakpastian. Dari kenaikan harga bahan baku hingga penurunan permintaan, semua bisa terjadi kapan saja. Tanpa dana darurat, UMKM rentan terhadap guncangan kecil yang bisa berdampak besar.

Dana darurat bukan hanya untuk kebutuhan pribadi, tapi juga untuk bisnis. Seperti dijelaskan dalam artikel Kompas, dana ini bisa digunakan untuk menutup biaya tak terduga seperti perbaikan alat produksi, promosi mendadak, atau kebutuhan medis karyawan.

Idealnya, dana ini cukup untuk menutup biaya operasional selama 3–6 bulan. Selain itu, alokasikan dana khusus untuk investasi jangka panjang, seperti pengembangan produk atau pelatihan karyawan.

6. Terlalu Cepat Menguras Kas untuk Gaya Hidup

Ketika bisnis mulai menghasilkan keuntungan, godaan untuk meningkatkan gaya hidup sering kali muncul. Membeli gadget baru, kendaraan, atau bahkan membuka cabang tanpa perhitungan matang bisa menjadi bumerang. Sebaiknya, gunakan keuntungan awal untuk memperkuat fondasi bisnis seperti perbaikan kualitas produk, pelatihan tim, atau peningkatan sistem operasional.

7. Investasi Besar pada Hal yang Tidak Memberi Dampak Langsung

Membuat kantor yang mewah atau membeli peralatan canggih memang bisa meningkatkan citra, tapi jika tidak berdampak langsung pada peningkatan pendapatan atau efisiensi, itu bisa menjadi beban. UMKM perlu bijak dalam berinvestasi.

Sebelum melakukan pembelian besar, lakukan analisis ROI (Return on Investment). Apakah investasi tersebut akan meningkatkan produktivitas, memperluas pasar, atau mempercepat proses kerja? Jika jawabannya tidak jelas, pertimbangkan kembali.

8. Tidak Memanfaatkan Digitalisasi

Di era digital, masih banyak UMKM yang belum memanfaatkan teknologi keuangan seperti aplikasi akuntansi, e-wallet, atau sistem pembayaran digital. Padahal, teknologi bisa membantu mencatat, menganalisis, dan melaporkan keuangan secara lebih efisien.Menurut UKM Indonesia, digitalisasi keuangan adalah langkah penting untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas. Banyak aplikasi lokal yang terjangkau dan mudah digunakan, bahkan oleh pelaku usaha yang belum terbiasa dengan teknologi.

Related Post  Laporan Keuangan UMKM: Fondasi Penting untuk Bisnis yang Berkelanjutan

Mengelola keuangan bukan hanya tugas akuntan atau bagian keuangan. Bagi pelaku UMKM, ini adalah keterampilan dasar yang harus dimiliki agar bisnis bisa bertahan dan berkembang. Dengan menghindari delapan kesalahan umum di atas, pelaku usaha bisa membangun fondasi keuangan yang kuat dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Digitalisasi, disiplin, dan perencanaan adalah kunci. Mulailah dari hal kecil, pisahkan rekening, catat transaksi, buat anggaran. Karena dari kebiasaan sederhana itulah, UMKM bisa naik kelas dan menjadi pemain utama dalam ekonomi Indonesia yang semakin digital dan inklusif.